Maryati

Alhamdulillah dari tahun 1994 saya masih menjadi guru di MAN 1 kota Cilegon hingga sekarang. Dimulai dari hobi membaca saya belajar menulis. Menulis yang paling...

Selengkapnya
Navigasi Web
Istighfar Mengantarnya Menjadi Tamu Allah

Istighfar Mengantarnya Menjadi Tamu Allah

Tantangan Hari Ke- 82 (06 April 2020)

#Tantangan Gurusiana#

Langit tampak gelisah, raja siang itu enggan keluar. Ia tengah bergumul bermain petak umpet dengan awan-awan hitam. Sekali-kali kilat ikut bermain, lalu berlari membelah udara. Bercengkaram untuk bersentuhan dengan pasangannya yang bersembunyi di balik tubuh bumi. Energinya yang kuat membangunkan sang Guntur yang tertidur. Ia berteriak mengeluarkan suara yang menggelegar, menakutkan. Namun, untuk si Muslim kejadian ini menambah keimanan mereka. Bahwa Sang Penguasa Semesta hendak menurunkan berkah-Nya, hujan.

Daun-daun coklat yang sudah tua begitu pasrah menerima takdir-Nya. Dengan ijin-Nya, ia bertasbih melepas diri dari ranting-ranting pohon. Terbang melayang bersama lembutnya sang bayu hingga akhirnya jatuh ke pangkuan bumi.

Daun-daun itu tak pernah menyesali nasibnya. Ia siap menjadi saksi bahwa setiap diri dan teman-temannya jatuh akan menjadi hitungan kalimat istighfar yang diucapkan oleh seorang lelaki paruh baya, seorang marbot masjid kampung. Bejo namanya.

Istrinya sudah lama meninggal saat melahirkan anaknya yang keempat. Seorang diri dia membesarkan buah hatinya. Ia berjualan bakso keliling kampung. Waktu luangnya digunakan untuk bersih-bersih masjid di kampungnya.

Kini, Bejo sudah mengantarkan empat anaknya untuk menyempurnakan setengah ajaran agamanya. Tiga anak laki-lakinya sudah memiliki rumah sendiri. Si bungsu dan suami serta anaknya tinggal bersamanya.

“Pak…Bapak sudah sepuh jangan jualan lagi ya? Sudah waktunya istirahat, Putri ingin Bapak tinggal menikmati hari tua Bapak, beribadah, bermain sama cucu-cucu.” Putri mencium punggung tangan bapaknya.

Tangan bejo yang kurus, hitam legam terbakar panasnya matahari dengan urat-urat yang menonjol keluar. Dengan tangan itu, ia menjadi bapak sekaligus ibu buat anak-anaknya.

Tangan Bejo basah oleh butiran lembut air mata putrinya. Melihat Putri, Bejo hanya bisa menangis merasakan kepedihan. Ada ruang rindu di hatinya, rindu pada istrinya. Putri mewarisi wajah cantik istrinya.

“Mau ya Pak?” Putri mengguncangkan tubuh bapaknya. Bejo tak kuasa menolak permintaan Putri juga tiga anak lelakinya.

Sejak itu, Bejo resmi menjadi marbot masjid di kampungnya. Ia menyapu, mengepel, membersihkan setiap sudut masjid dari debu-debu yang menempel. Menyapu halaman masjid dari daun-daun yang berguguran. Mencabuti rumput yang tumbuh liar di antara bunga-bunga yang ada di taman masjid. Bejo ikhlas menjalani perannya. Tak pernah sekali pun ia duduk santai seperti layaknya orang tua di usia senjanya. Satu kebiasaan yang tak pernah ditinggalkan, bibirnya selalu basah dengan ucapan istighfar.

Perilaku baik Bejo menjadi buah bibir di kampungnya. Setiap warga yang punya acara hajatan, mereka selalu ingat untuk mengirimi Bejo makanan atau bingkisan lainnya. Termasuk seorang janda kaya yang suaminya sudah meninggal dunia lima bulan yang lalu, Fatimah namanya. Usianya lebih muda lima tahun dari Bejo. Tiga anak perempuannya sudah menikah semua. Ia tinggal sendiri. Ia ingin mengabdikan dirinya pada seorang suami. Dan ia memilih Bejo.

Awalnya Bejo menolak, tapi anak-anak Bejo mendukungnya, terlebih lagi Ustadz Syaiful, ketua DKM Masjid tempat Bejo menjadi marbotnya.

“Tapi Pak ustadz, saya sudah cukup senang hidup begini. Mau pakai apa saya untuk menghidupi istri say ajika saya menikah lagi?” Bejo akhirnya menyatakan keberatannya.

“Pak Bejo, Allah tahu keinginan Pak Bejo, tapi Allah lebih tahu yang dibutuhkan Pak Bejo. Bu Fatimah senang melihat kesholehan Pak Bejo. Istighfar Pak Bejo, itu yang membuat bu Fatimah ingin dipinang Bapak. Masalah materi bisa dibicarakan oleh keluarga bu Fatimah. Anak-anaknya semua mendukung. Dan saya yakin, anak-anak Pak Bejo juga pasti mendukung.”

Sejak itu, Bejo tak lagi sendiri bermunajat di sepertiga, Fatimah selalu menjadi ma’mumnya. Bejo selalu tak kuasa menahan tangisnya di hamparan sajadah. Begitu sayangnya Allah padanya.

Suatu malam, Ustadz Syaiful bersama lima orang pengurus DKM datang ke rumah Bejo. Tentu saja Bejo kaget. Ia begitu khawatir jika sudah melakukan kesalahan. Raut wajah Bejo tampak tegang dipenuhi rasa takut. Ustadz Syaiful paham itu.

“Pak Bejo…Bu Fatimah, kami mohon maaf sudah mengganggu.” Ustadz Syaiful membuka percakapan.

“Begini…, kami atas nama masyarakat punya niat baik untuk Pak Bejo, sebetulnya niat ini sudah akan kami utarakan kepada Pak Bejo, tapi rupanya Allah berkehendak lain. Bu Fatimah lebih dulu yang memberikan kebahagiaan buat Pak Bejo. Jadi, kami urungkan niat kami waktu itu.” Ustadz Syaiful berhenti sejenak untuk menarik nafas panjang. Semua tampak terdiam.

Ustadz Syaiful melanjutkan ucapannya, “Nah sekarang waktunya untuk menyampaikan, bahwa kami sudah mendaftarkan Pak Bejo untuk berangkat umroh bulan depan!”

“Alhamdulillah…” Bejo tak kuasa menahan rasa harunya. Di hadapan tamu dan istrinya dia langsung sujud syukur. Ya, dalam setiap sujudnya selama ini hanya satu yang ia minta menjadi tamu Allah. Ia ingat betul cerita Ustadz Syaiful istighfar tukang roti bisa membawa imam Hambali kepadanya. Dan ia yakin istighfarnya bisa membawanya menjadi tamu Allah.

Cilegon, 06 April 2020

Salam Literasi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

AlhamdulillahAllahuakbar..Begitulah cara Allah SWT menunjukkan Kebesaran-Nya..tulisan yang indah penuh makna... menerima apa adanya..semoga Bunda bahagia bersama keluarga tercinta..sala sehat

06 Apr
Balas

Aamiin ya Rabbal'alamiin .Jazakallahu khayran

06 Apr

Syukur kepada Allah. Luar biasa.

07 Apr
Balas

terima kasih bunda. terima kasih juga sudah singgah, sehat selalu

07 Apr

Tabarakallah, susunan kata yang indah bu.

06 Apr
Balas

Terima kasih ibu. Terima kasih juga sudah mampir

06 Apr

Masyaa Allah, ikut terharu..jika ini kisah nyata, betapa bahagianya bertemu dgn pak Bejo..sesuai namanya yg berarti orang yg beruntung..salam

06 Apr
Balas

Iya pak. Pak le saya dari pihak bapak. Alhamdulillah

06 Apr

Masya Allah, artikel ibu ini sungguh menginspirasi. Pilihan kata yang luar biasa. Sukses, sehat dan bahagia selalu Bu Yati. Barokallah.

06 Apr
Balas

Aamiin ya Rabbal'alamiin. Doa yang sama untuk bu Nita dan keluarga.

06 Apr

Luar biasa

06 Apr
Balas

Alhamdulillah terima kasih bu. Sudah mampir .Baarakallah

06 Apr



search

New Post