Bakso Bulat Vs Bakso Kotak
Hujan mengguyur kotaku sejak pagi. Kota yang biasanya panas, jadi berasa di Bandung. dingin bukan main. Cuaca yang dingin membuat seluruh penghuni jadi mager, inginnya makan dan minum yang hangat-hangat.
Beberapa makanan sudah kubuat. Mulai dari bakwan, kentang goreng, hingga bakso. semua sudah dibuat, dan semua habis dalam sekejap.
Sore menjelang salat Ashar perut anak-anak mulai protes lagi ingin diisi. Kulihat bahan-bahan yang ada di dalam kulkas yang masih bisa kuolah untuk kudapan sore. Sayang, semua sudah habis. hanya tinggal empat telur, toge dan beberapa buah wortel.
Pada saat bingung, tiba-tiba lewat Mas bagong tukang bakso di kampungku yang biasa jualan keliling.
"Masih ada baksonya nggak, Mas?" tanya suamiku yang saat itu ada di teras rumah.
"Masih, Pak!" jawab Mas Bagong sambil menghentikan gerobak baksonya.
"Baksonya bulat-bulat ya, Mas?" goda suamiku
"Ya iyalah bulat-bulat! Pak Guru ini pertanyaannya aneh-aneh saja!" gerutu Mas Bagong. "Mau jadi beli nggak, Pak Guru?" tanya Mas Bagong.
"Eh siapa yang mau beli? Wong saya cuma tanya," jawab suami kalem. "Kalau baskonya kotak-kotak saya mau deh beli." Imbuh suamiku lagi.
"Ah dasar Pak Guru iseng!" gerutu Mas Bagong sambil ngelotor pergi
Aku yang dari tadi mendengarkan percakapan mereka, jadi ikut kesal seperti Mas bagong. Buru-buru, aku ke teras.
"Pak, ke mana Mas Bagongnya?" tanyaku sambil celingukan mencari sosok Mas Bagong
"Sudah pergi," jawb suami dengan santuy
"Ya Allah Bapak! Nggak kasihan apa orang lagi jualan digoda begitu. kasihan tahu!" aku jadi marah.
"Eh Ibu, dagangan Mas Bagong sudah habis kok," kelit suami.
Aku tak percaya ucapan suami, karena aku dengar sendiri bahwa dagangan Mas Bagong masih ada. di bawah rinai gerimis aku lari ke jalan mengejar Mas Bagong. Langkah kakiku semakin kupercepat. Alhamdulillah aku sdudah dekat.
"Mas! Mas Bagong berhenti!" teriakku
Alhamdulillah meski hujan, Mas Bagong masih bisa mendengar teriakkanku. Mas Bagong berhenti dan berteduh di dekat musala.
"Eh Bu Guru, ada apa ya?" tanya Mas Bagong
"Baksonya masih nggak, Mas?" tanyaku sambil mengatur napas yang senin-kamis.
"Eh kirain nanya apa. cuma mau tanya bakso. Alhamdulillah sudah habis, Bu" ucap Mas bagong sambil tersenyum.
"Eh, perasaan tadi dengar baksonya masih ada. Duh Ya Allah ternyata aku dikibuli oleh suami dan Mas Bagong.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Aduh, Mas Bagong. Gak jadi deh, ngebaksonya. Fotonya yummi, bikin galfok.
He..he...belum rezeki makan bakdo mas bagong ya Enin...
He he he...tambah laper tu say buat jln ngejar mas Bagong....
Wowwwwww.... Lidah goyangnya tidak berhenti-berhenti, galfok sama gambarnya ENIN